Para aktivis oposisi menyebutnya usaha palsu Presiden untuk terus memegang kekuasaan. Pihak berwenang memuji pemilu itu sebagai reformasi besar.
Orang-orang yang telah bangkit menentang Presiden Bashar al-Assad memboikot pemilu tersebut. Oposisi di pengasingan dan negara-negara yang menuntut Assad meletakkan jabatan menganggap pemilu itu sebagai satu cara lagi bagi pemerintah untuk mengulur waktu.
Pemerintah sebegitu jauh telah menyetujui rencana perdamaian Liga Arab yang telah gagal mencapai kemajuan, dan menenerima usaha peninjau gencatan senjata PBB bulan April yang baru sekarang mulai berjalan.
Pemilu itu dipandang sebagai konsesi politik karena pergolakan rakyat. Para pejabat pemilu Suriah mengatakan 7.195 calon, banyak mereka dari paling sedikit 7 partai politik baru, turut dalam pemilu yang memperebutkan 250 kursi parlemen, yang mengakhiri hampir 50 tahun monopoli kekuasaan oleh partai Ba’ath.
Undang-undang dasar baru mengizinkan pembentukan partai-partai oposisi untuk bersaing dengan Front Progresif Nasional yang dipimpin Baath setelah hampir setahun protes maut.
Seorang jurubicara kelompok oposisi utama Suriah di pengasingan, Dewan Nasional Suriah, mengatakan kepada VOA bahwa pemilu parlemen itu adalah penghinaan terhadap demokrasi.
Bassma Kodmani mengatakan pemerintah Suriah membunuhi rakyat setiap hari di pusat-pusat pemberontakan 14 bulan menentang kekuasaan otokratik Assad. Menurutnya, orang yang mau turut memberi suara dalam lingkungan demikian hanyalah orang-orang yang dipaksa melakukannya.(VOA dan Ipin)
0 komentar:
Posting Komentar